Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang terdaftar sebagai kelompok teror oleh Turki dan sekutu Baratnya, mengaku bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri di ibu kota Turki, Ankara, pada hari Minggu yang melukai dua orang.
Kelompok militan Kurdi, Partai Pekerja Kurdistan (PKK), telah mengklaim tanggung jawab atas serangan bom bunuh diri yang terjadi di ibu kota Turki, Ankara. Serangan tersebut terjadi pada hari Kamis dan menewaskan sedikitnya delapan orang serta melukai puluhan lainnya.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh PKK, kelompok tersebut mengklaim bahwa serangan bom bunuh diri ini adalah bagian dari perjuangan mereka untuk otonomi lebih besar bagi etnis Kurdi di Turki. Mereka juga menyebut serangan tersebut sebagai tindakan balasan atas apa yang mereka sebut "agresi terhadap komunitas Kurdi" oleh pemerintah Turki.
Serangan bom bunuh diri itu terjadi di dekat sebuah pangkalan militer di distrik Kecioren di Ankara. Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di dekat pos pemeriksaan militer, yang menyebabkan korban jiwa dan kerusakan besar.
Pemerintah Turki, yang telah lama menganggap PKK sebagai organisasi teroris, mengutuk keras serangan tersebut. Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut serangan itu sebagai "tindakan teroris yang keji" dan berjanji untuk mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku.
Serangan bom bunuh diri ini terjadi dalam konteks ketegangan yang sedang berlangsung antara pemerintah Turki dan PKK. Meskipun terdapat upaya-upaya perdamaian sebelumnya, konflik ini telah berlangsung selama beberapa dekade dan menyebabkan ribuan korban jiwa.
Sementara PKK terus mengklaim bahwa mereka berjuang untuk hak-hak etnis Kurdi, pemerintah Turki telah menekankan bahwa mereka tidak akan berkompromi dengan kelompok bersenjata yang mereka anggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional. Serangan bom bunuh diri ini hanya meningkatkan ketegangan yang sudah ada di Turki.
Pihak berwenang Turki sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait serangan ini dan mencari pelaku yang masih melarikan diri. Serangan tersebut telah memicu kekhawatiran akan kemungkinan serangan teror lainnya di masa mendatang.
