Aliansi Jurnalis Independen (AJI) merupakan organisasi profesi jurnalis independen yang didirikan pada 17 Agustus 1994 di Bogor, Indonesia. Organisasi ini lahir sebagai respons kritis terhadap situasi pers pada masa Orde Baru, khususnya setelah pembredelan tiga media utama: Detik, Tempo, dan Editor pada 21 Juni 1994.
Sejarah Pendirian
Latar Belakang
Pada awal 1990-an, sekelompok jurnalis muda mulai merancang pembentukan organisasi jurnalis alternatif di luar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Pembredelan pers pada 1994 menjadi momentum penting yang mempercepat proses pembentukan organisasi independen ini.
Deklarasi Sirnagalih
Pada 7 Agustus 1994, bertempat di Wisma Tempo di Sirnagalih, Jawa Barat, para jurnalis dari berbagai kota seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta menandatangani Deklarasi Sirnagalih. Pertemuan rahasia ini menghasilkan kesepakatan pembentukan organisasi yang independen dan profesional.
Filosofi Organisasi
AJI didirikan dengan semangat:
- Memperjuangkan kebebasan pers
- Meningkatkan profesionalisme jurnalis
- Menjaga kesejahteraan jurnalis
Nama "Aliansi Jurnalis Independen" dipilih secara strategis:
- "Aliansi" menghormati keberadaan komunitas jurnalis sebelumnya
- "Jurnalis" merujuk pada istilah asli dalam bahasa Inggris
- "Independen" menegaskan sikap bebas dari intervensi kekuasaan
Kontribusi dan Program Kerja
Perjuangan Kebebasan Pers
AJI konsisten melakukan advokasi terhadap kebebasan pers, baik pada masa Orde Baru maupun pasca-reformasi. Organisasi ini mencatat dan menangani berbagai kasus kekerasan terhadap jurnalis.
Peningkatan Profesionalisme
Berbagai kegiatan yang dilakukan:
- Pelatihan jurnalistik
- Workshop profesional
- Pembangunan Media Center di daerah konflik dan pasca-bencana
- Kampanye etika jurnalistik
Kesejahteraan Jurnalis
AJI mendorong:
- Pembentukan serikat pekerja di media
- Perbaikan kondisi ekonomi jurnalis
- Perlindungan hak-hak pekerja media
Penghargaan dan Warisan
Salah satu pencapaian signifikan AJI adalah "Udin Award", penghargaan tahunan untuk jurnalis yang menjadi korban dalam menjalankan tugas jurnalistik.
Struktur Organisasi
AJI berkantor pusat di Jakarta dan memiliki pengurus di 38 daerah di Indonesia, mencerminkan jejaring nasional yang kuat dan representatif.
Signifikansi Historis
AJI merupakan simbol perlawanan terhadap represi pers dan upaya membangun budaya jurnalisme independen di Indonesia. Organisasi ini telah berkontribusi signifikan dalam mendorong demokratisasi melalui kebebasan pers.
Referensi Sejarah
Organisasi ini lahir dari sejarah kelam pembatasan kebebasan pers di Indonesia, menjadi alternatif dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang dianggap telah dikooptasi oleh kekuasaan pada masa Orde Baru.
Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan sumber historis tentang sejarah AJI dan perkembangan jurnalisme di Indonesia.
