Joko Anwar

Joko Anwar
Joko Anwar menerima Piala Citra untuk Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 2015

Joko Anwar (lahir 3 Januari 1976 di Medan, Sumatera Utara) adalah sutradara, penulis skenario, produser, pemeran, dan editor film Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu pembuat film terkemuka Indonesia yang telah menghasilkan karya-karya penting dalam berbagai genre, termasuk horor, thriller, dan film superhero.

Biografi

Latar Belakang dan Pendidikan

Joko Anwar lahir dan tumbuh di kawasan perkampungan miskin di Medan, Sumatera Utara. Sejak masa sekolah menengah pertama, ia telah aktif menulis dan menyutradarai pertunjukan drama. Anwar menempuh pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Medan (1991-1994) dan pernah bersekolah di Wheeling Park High School. Ia kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung dengan mengambil jurusan Teknik Penerbangan karena keterbatasan ekonomi keluarga untuk mengirimnya ke sekolah film.

Karier Awal

Setelah lulus pada tahun 1999, Anwar bekerja sebagai wartawan dan kritikus film di The Jakarta Post. Pertemuan profesionalnya dengan Nia Dinata, saat mewawancarai sutradara tersebut, membuka jalan bagi Anwar untuk memasuki industri film. Dinata mengajaknya untuk menulis skenario film "Arisan!" (2003) yang kemudian meraih kesuksesan komersial dan mendapatkan pengakuan kritikus, termasuk penghargaan Film Terbaik di Festival Film Indonesia 2004.

Karya dan Kontribusi

Film Panjang

Debut Anwar sebagai sutradara film panjang terjadi pada tahun 2005 melalui komedi romantis "Janji Joni" yang dibintangi Nicholas Saputra dan Mariana Renata. Film ini sukses secara komersial dan menerima penghargaan Best Movie di MTV Indonesia Movie Awards 2005. SET Foundation yang dipimpin Garin Nugroho memberikan penghargaan khusus untuk "cara bercerita yang inovatif" dalam film tersebut.

Pada tahun 2007, Anwar menulis dan menyutradarai "Kala", yang dianggap sebagai film noir pertama dari Indonesia dan mendapat apresiasi dari kritikus internasional. Film ini diputar di lebih dari 30 festival film internasional dan memenangkan beberapa penghargaan, termasuk Jury Prize di New York Asian Film Festival.

Karya penting lainnya termasuk:

- "Pintu Terlarang" (2009): Film thriller psikologis yang mendapat pujian dari kritikus internasional termasuk Richard Corliss dari TIME.

- "A Copy of My Mind" (2015): Drama thriller yang diikutsertakan dalam Venice Film Festival dan Toronto International Film Festival, serta memenangkan 3 Piala Citra termasuk Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 2015.

- "Pengabdi Setan" (2017): Remake film horor klasik Indonesia yang menjadi film terlaris tahun tersebut dan memenangkan 7 penghargaan dari 13 nominasi di Festival Film Indonesia 2017.

- "Gundala" (2019): Film superhero berdasarkan karakter komik Indonesia karya Hasmi yang sukses secara komersial.

- "Perempuan Tanah Jahanam" (2019): Film horor yang mendapat pengakuan kritis.

- "Pengabdi Setan 2: Communion" (2022): Sekuel film horor yang sukses di pasar domestik.

Karya Lain

Selain menyutradarai, Anwar juga menulis skenario untuk sutradara lain, seperti "Quickie Express" (2007) karya Dimas Djayadiningrat yang memenangkan Best Film di Jakarta International Film Festival 2008, dan "fiksi." (2008) karya Mouly Surya yang memenangkan Film Terbaik dan Skenario Terbaik di Festival Film Indonesia 2008.

Anwar juga berkontribusi dalam produksi serial televisi dan web, seperti:

- "Halfworlds" (2015): Serial HBO Asia musim pertama

- "Folklore" (2018): Episode "A Mother's Love"

- "Joko Anwar's Nightmares and Daydreams" (2024): Serial antologi horor

Penghargaan dan Pengakuan

Karya-karya Anwar telah mendapatkan berbagai penghargaan nasional dan internasional. Ia memenangkan Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia 2015 untuk "A Copy of My Mind" dan film-filmnya sering diikutsertakan dalam festival film internasional terkemuka, termasuk Venice Film Festival, Toronto International Film Festival, International Film Festival Rotterdam, dan New York Asian Film Festival.

Signifikansi

Joko Anwar telah memberikan kontribusi signifikan bagi perfilman Indonesia dengan menghasilkan karya-karya yang berhasil secara komersial sekaligus mendapat pengakuan kritis. Ia dikenal karena kemampuannya dalam mengangkat berbagai genre, terutama horor dan thriller, serta kemampuannya menggabungkan unsur budaya lokal dengan teknik penceritaan universal. Karya-karyanya, seperti "Pengabdi Setan" dan "Gundala", menandai era baru dalam perfilman Indonesia dengan standar produksi yang lebih tinggi dan pendekatan naratif yang lebih segar. 

Ikuti AAD Today Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index