Gereja Tua Immanuel Hila

Gereja Tua Immanuel Hila
Foto didalam Gereja Tua Imanuel Hila. (Foto: Herry Makertia/Google Maps)

Gereja Tua Immanuel Hila merupakan salah satu bangunan gereja tertua di Provinsi Maluku yang berlokasi di Negeri Hila, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Bangunan bersejarah ini menjadi bukti penting dalam catatan perkembangan agama Kristen di Indonesia bagian timur serta menjadi saksi perjalanan sejarah kolonial di Kepulauan Maluku.

Sejarah

Gereja ini dibangun pertama kali oleh bangsa Portugis pada tahun 1514 dengan nama Santo Jacobus dan awalnya berfungsi sebagai gereja Katolik. Pada tahun 1605, ketika Belanda mengambil alih kekuasaan dari Portugis di wilayah Maluku, bangunan gereja kayu ini kemudian diperbesar dan direnovasi. Perubahan signifikan terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda untuk Maluku, Bernardus Van Plueren (1780-1781), yang mengganti nama gereja menjadi Immanuel dan mengalihfungsikannya sebagai gereja Protestan.

Arsitektur

Gereja Tua Immanuel Hila memiliki arsitektur yang sederhana namun khas. Bangunan utamanya terbuat dari konstruksi kayu dengan tiga jendela tipis pada setiap dinding. Bagian dalam gereja dilengkapi dengan mimbar kecil di bagian depan yang dulunya digunakan pendeta untuk menyampaikan khotbah, serta dua baris kursi kayu untuk jemaat. Meskipun sederhana, struktur dan desain bangunan ini merepresentasikan gaya arsitektur kolonial awal yang beradaptasi dengan kondisi lokal.

Kondisi Pasca Konflik Sosial 1999

Sejak konflik sosial yang terjadi di Maluku pada tahun 1999, Gereja Tua Immanuel tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah aktif. Masyarakat Kristen yang dulunya beribadah di gereja ini telah berpindah ke pemukiman baru di kawasan Tanah Putih, Negeri Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon. Meskipun tidak lagi digunakan untuk ibadah reguler, gereja ini masih dikunjungi oleh warga Hila Kristen untuk berziarah ke makam keluarga dan berdoa secara pribadi.

Pelestarian dan Toleransi

Walaupun berada di tengah permukiman dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Gereja Tua Immanuel tetap terawat dengan baik. Menurut penjaga gereja, M. Titaputty, penduduk setempat turut berpartisipasi dalam perawatan bangunan, termasuk memperbaiki atap gereja yang bocor. Hal ini mencerminkan nilai-nilai toleransi beragama yang tinggi di masyarakat Maluku.

Gereja ini juga sempat mengalami kerusakan parah selama konflik 1999, namun kemudian dibangun kembali dengan mempertahankan bentuk dan struktur aslinya. Setelah rehabilitasi, bangunan gereja ditetapkan sebagai salah satu warisan bersejarah di Maluku.

Objek Wisata Sejarah dan Religi

Saat ini, Gereja Tua Immanuel Hila menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan religi di Maluku. Lokasinya yang berdekatan dengan Benteng Amsterdam dan Masjid Tua Wapaue menjadikannya bagian dari kawasan wisata sejarah yang sering dikunjungi wisatawan. Ketiga bangunan bersejarah ini menjadi simbol penting dalam narasi toleransi antarumat beragama di Maluku.

Meskipun tidak lagi difungsikan sebagai tempat ibadah reguler, Gereja Tua Immanuel tetap terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung atau berdoa di dalamnya, menunjukkan fungsinya yang berkelanjutan sebagai ruang sakral dan monumen sejarah yang hidup. 

Ikuti AAD Today Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index