Hotel Majapahit Surabaya

Hotel Majapahit Surabaya
(Foto: Dispusip Kota Surabaya)

Hotel Majapahit adalah bangunan bersejarah yang terletak di Jalan Tunjungan, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur. Dibangun pada tahun 1911, hotel ini merupakan saksi penting dalam perjalanan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya peristiwa perobekan bendera Belanda yang terjadi pada 19 September 1945. Hotel ini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya nasional dengan nomor registrasi CB.14.

Sejarah

Hotel Majapahit pertama kali dibuka pada tahun 1911 dengan nama Hotel Oranje. Bangunan ini dirancang dan dibangun oleh Lucas Martin Sarkies, putra dari Martin Sarkies, salah satu anggota Sarkies Bersaudara dari Armenia yang juga terlibat dalam pembangunan Hotel Raffles di Singapura.

Selama masa pendudukannya di Indonesia, pemerintah Jepang mengambil alih hotel tersebut dan mengubah namanya menjadi Hotel Yamato. Hotel ini kemudian dimanfaatkan sebagai markas tentara Jepang selama pendudukan mereka di Indonesia pada tahun 1942-1945.

Peristiwa bersejarah yang menjadi tonggak penting terjadi pada tanggal 19 September 1945, sebulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Saat itu, sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh Mr. Ploegman mengibarkan bendera Belanda (merah-putih-biru) di puncak sebelah kanan hotel. Para pemuda pejuang Indonesia kemudian merobek bagian biru dari bendera tersebut, sehingga hanya tersisa warna merah dan putih yang merupakan warna bendera nasional Republik Indonesia. Peristiwa yang dikenal sebagai Insiden Hotel Yamato ini berujung pada terbunuhnya Mr. Ploegman. 

Setelah peristiwa tersebut, hotel ini kemudian dikenal dengan nama Hotel Merdeka. Pada tahun 1946, keluarga Sarkies kembali mengambil alih pengelolaan hotel dan mengubah namanya menjadi L.M.S. Hotel untuk mengenang Lucas Martin Sarkies.

Perkembangan Modern

Pada tahun 1969, Mantrust Holdings Co. mengambil alih administrasi hotel dan mengubah namanya menjadi Hotel Majapahit. Pemilihan nama Majapahit tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan diilhami oleh Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara.

Hotel ini mengalami renovasi besar pada tahun 1994 yang dipelopori oleh pengusaha Harry Susilo dengan investasi mencapai 51 juta dolar Amerika. Renovasi tersebut mengubah Hotel Majapahit menjadi hotel mewah bintang lima dengan 143 kamar di lantai satu dan dua, namun tetap mempertahankan sebagian besar struktur dan arsitektur asli bangunan.

Dari tahun 1996 hingga 2006, Hotel Majapahit dikelola oleh Mandarin Oriental Hotel Group. Pada tahun 2006, hotel ini diakuisisi oleh PT Central Cipta Murdaya (CCM). Sejak tahun 2017, pengelolaan hotel berada di bawah jaringan Accor dan menjadi bagian dari MGallery Hotel Collection.

Arsitektur dan Konservasi

Hotel Majapahit berdiri di atas lahan seluas 2 hektare dan memiliki 139 kamar yang masih mempertahankan arsitektur klasik. Salah satu keunikan bangunan ini terletak pada ubin marmer yang diimpor langsung dari Belanda. Menurut General Manager Hotel Majapahit Surabaya, Kahar Salamun, terdapat keistimewaan pada pemasangan ubin tersebut di mana satu dari sekian marmer yang dipasang selalu ada yang sengaja dipasang terbalik.

Sebagai bangunan cagar budaya nasional, pemeliharaan Hotel Majapahit dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak termasuk pemerintah, sektor bisnis, komunitas, akademisi, dan media. Manajemen hotel berupaya maksimal untuk melestarikan dan menjaga keaslian bangunan, termasuk mempertahankan monumen perobekan bendera dan memasang plakat Brighten Stone sebagai penanda sejarah.

Kamar Merdeka

Salah satu ruangan bersejarah di Hotel Majapahit adalah Kamar Merdeka, yang menjadi saksi berbagai peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menurut Kuncarsono Prasetyo, praktisi sejarah dari komunitas Begandring Soerabaia, kamar tersebut merupakan tempat terbunuhnya Mr. Ploegman, yang saat itu merupakan calon Wali Kota Surabaya pasca-Jepang menyerah.

Pasca Perang Dunia II, Hotel Majapahit menjadi pusat transit misi kemanusiaan untuk melucuti senjata Jepang, melepaskan tawanan, dan menjadi pusat koordinasi sekutu. Lokasi hotel yang strategis di pusat kota Surabaya menjadikannya tempat yang penting untuk kegiatan militer dan pengawasan.

Signifikansi Historis dan Budaya

Hotel Majapahit tidak hanya berperan sebagai saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menjadi simbol perlawanan rakyat Surabaya terhadap kolonialisme. Insiden perobekan bendera pada 19 September 1945 merupakan salah satu peristiwa penting yang menunjukkan tekad bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan.

Hingga saat ini, Hotel Majapahit masih aktif beroperasi dan menjadi destinasi penting bagi para wisatawan yang ingin menginap sambil menikmati bangunan bernilai sejarah tinggi. Dengan lokasinya yang strategis di jantung Kota Surabaya, hotel ini menjadi salah satu aset penting bagi Pemerintah Kota Surabaya dan masyarakatnya. 

Ikuti AAD Today Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index