Babur

Babur
Babur, der Gründer des Mogulreiches (* 1483/ † 1530), Darstellung von ca. 1605; Museum untuk Islamische Kunst (Berlin) , Inv.-Nr. I.4593 fol. 49. (Ditransfer dari de.wikipedia ke Commons oleh Ireas menggunakan CommonsHelper)

Zahir ud-Din Muhammad Babur (14 Februari 1483 – 26 Desember 1530) merupakan kaisar pertama dan pendiri Dinasti Mughal di India bagian utara yang memerintah dari tahun 1526 hingga 1530. Babur, yang namanya berarti "harimau" dalam bahasa Persia, adalah seorang penakluk militer, negarawan, penyair, dan penulis memoar yang memiliki pengaruh signifikan dalam sejarah Asia Selatan.

Asal-usul dan Keturunan

Babur lahir di Kerajaan Fergana, yang kini menjadi bagian dari Uzbekistan. Ia merupakan keturunan langsung dari dua tokoh penakluk besar dalam sejarah dunia melalui garis keluarga yang berbeda. Dari pihak ayah, ia adalah keturunan kelima dari Timur Lenk (Tamerlane), sementara dari pihak ibu, ia merupakan keturunan ketiga belas dari Genghis Khan.

Ayahnya, Umar Syaikh Mirza, memerintah Kerajaan Fergana yang terletak di sebelah utara Pegunungan Hindu Kush. Ibunya bernama Qutlugh Nigar Khanum. Babur berasal dari suku Barlas yang memiliki akar Mongol namun telah mengadopsi bahasa dan budaya Turki melalui hunian panjang di wilayah-wilayah Turki. Keluarganya telah menjadi anggota klan Chagatai dan telah memeluk Islam berabad-abad sebelumnya.

Masa Muda dan Perjuangan Awal

Setelah ayahnya meninggal dunia, Babur mewarisi Kerajaan Fergana pada usia dini. Mengikuti tradisi keluarga Timurid, ia menghabiskan sepuluh tahun pertama pemerintahannya (1494-1504) berusaha merebut kembali Samarkand, ibu kota lama Timur Lenk. Meskipun berhasil menduduki kota tersebut sebanyak dua kali secara singkat pada tahun 1497 dan 1501, upayanya gagal akibat perlawanan Muhammad Shaybani Khan, penguasa Uzbek yang merupakan keturunan Genghis Khan.

Pada tahun 1501, Babur mengalami kekalahan telak di Sar-e Pol dan dalam waktu tiga tahun kehilangan baik Samarkand maupun Kerajaan Fergana. Kondisi ini memaksanya mencari wilayah baru untuk dikuasai. Pada tahun 1504, ia berhasil merebut Kabul di Afghanistan bersama pengikut setianya dan mempertahankan kekuasaannya di sana melawan berbagai pemberontakan dan intrik politik.

Ekspansi ke India

Setelah upaya terakhirnya merebut Samarkand gagal pada tahun 1511-1512, Babur mengalihkan perhatiannya ke arah selatan, khususnya wilayah Sindh dan India. Pada tahun 1519, ia melakukan serangan pertamanya ke India ketika wilayah Punjab berada di bawah kekuasaan Sultan Ibrahim Lodi dari Delhi. Kondisi politik yang tidak stabil di Kesultanan Delhi memberikan kesempatan bagi Babur untuk melakukan ekspansi.

Babur melakukan lima kali serangan ke Punjab sebelum akhirnya berhasil mencapai kemenangan decisif. Serangan kelimanya dimulai pada November 1525 dan berujung pada pertempuran yang menentukan di Panipat pada 21 April 1526.

Pertempuran Panipat dan Pendirian Kekaisaran Mughal

Dalam Pertempuran Panipat yang berlangsung 80 kilometer sebelah utara Delhi, pasukan Babur yang berjumlah tidak lebih dari 12.000 orang berhadapan dengan tentara Ibrahim Lodi yang diperkirakan mencapai 100.000 orang beserta 100 ekor gajah perang. Meskipun kalah jumlah, pasukan Babur memiliki keunggulan dalam taktik kavaleri, penggunaan artileri yang diperoleh dari Kesultanan Utsmaniyah, dan disiplin tempur yang superior.

Kemenangan Babur di Panipat dicapai melalui penggunaan efektif artileri, taktik berputar ala Turki, dan kemampuan komando yang cemerlang. Ibrahim Lodi tewas dalam pertempuran tersebut. Tiga hari setelah kemenangan, Babur menduduki Delhi dan pada 4 Mei 1526 mencapai Agra, di mana ia segera membangun taman yang kini dikenal sebagai Ram Bagh di tepi Sungai Yamuna.

Konsolidasi Kekuasaan

Setelah kemenangan di Panipat, Babur menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan kekuasaannya. Pasukannya yang kecil berada 1.300 kilometer dari pangkalan di Kabul dan dikelilingi musuh-musuh kuat. Di lembah Sungai Gangga terdapat kepala-kepala suku Afghan yang militan, sementara di selatan terdapat kerajaan-kerajaan Malwa dan Gujarat dengan sumber daya yang luas.

Ancaman terbesar datang dari Rana Sanga dari Mewar di Rajasthan yang memimpin konfederasi kuat yang mengancam seluruh posisi Muslim di India utara. Ketika Rana Sanga maju dengan diperkirakan 100.000 kavaleri dan 500 ekor gajah, Babur hampir terkepung. Dalam situasi kritis ini, ia mencari berkah ilahi dengan bersumpah meninggalkan minuman keras dan menghancurkan bejana-bejana anggur.

Pertempuran Khanua pada 16 Maret 1527, yang berlangsung 60 kilometer sebelah barat Agra, menjadi kemenangan besar kedua Babur. Menggunakan taktik yang sama seperti di Panipat, yakni barikade kereta di pusat dengan celah untuk artileri dan serangan kavaleri di sayap, Babur berhasil mengalahkan konfederasi Rajput setelah pertempuran sepuluh jam.

Kemenangan ketiga dan terakhir Babur terjadi di Ghaghara pada 6 Mei 1529, di mana Sungai Ghaghara bertemu dengan Gangga. Dalam pertempuran ini, ia mengalahkan Mahmud Lodi, saudara Ibrahim Lodi, dan sekutunya yang telah berkuasa di Bihar. Sekali lagi, artileri memainkan peran decisif, dibantu oleh penanganan perahu yang terampil.

Warisan dan Kematian

Menjelang akhir hidupnya, wilayah kekuasaan Babur terbentang dari Kandahar hingga perbatasan Bengal, dengan batas selatan ditandai oleh gurun Rajput dan benteng-benteng Ranthambhor, Gwalior, dan Chanderi. Meskipun telah menguasai wilayah yang luas, administrasi yang teratur belum terbentuk dan hanya terdapat sekumpulan kepala suku yang saling berselisih.

Pada tahun 1530, ketika putranya Humayun jatuh sakit parah, Babur konon menawarkan nyawanya kepada Allah sebagai ganti kesembuhan Humayun dengan berjalan mengelilingi tempat tidur anaknya sebanyak tujuh kali. Humayun sembuh, namun kesehatan Babur menurun dan ia meninggal dunia pada 26 Desember 1530 di Agra.

Kontribusi Budaya dan Intelektual

Selain prestasi militer dan politiknya, Babur juga dikenal sebagai seorang penyair berbakat dalam bahasa Turki Chagatai dan pecinta alam yang membangun taman-taman di mana pun ia pergi. Karya prosa terbesarnya adalah memoar yang dikenal sebagai Baburnama, yang telah menjadi salah satu autobiografi paling terkenal dalam sastra Asia. Memoar ini diterjemahkan dari bahasa Turki ke bahasa Persia pada masa pemerintahan cucunya, Akbar, pada tahun 1589.

Baburnama menggambarkan seorang penguasa yang luar biasa bermurah hati untuk zamannya, berbudaya, dan cerdas, dengan jiwa petualang dan mata yang tajam untuk keindahan alam. Karya ini memberikan wawasan berharga tentang kehidupan politik, sosial, dan budaya pada abad ke-16 di Asia Tengah dan India.

Signifikansi Historis

Babur secara tegas dianggap sebagai pendiri Kekaisaran Mughal, meskipun konsolidasi kekaisaran tersebut diselesaikan oleh cucunya, Akbar. Kepemimpinan magnetik Babur menginspirasi dua generasi penerusnya dan meletakkan fondasi bagi salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah India. Kekaisaran Mughal yang didirikannya bertahan selama lebih dari tiga abad dan meninggalkan warisan arsitektur, budaya, dan administrasi yang mendalam di anak benua India.

Keberhasilan Babur dalam mendirikan dinasti yang bertahan lama di India, meskipun dimulai dengan kekuatan militer yang relatif kecil, menunjukkan kemampuan luar biasanya sebagai strategi militer, pemimpin karismatik, dan negarawan visioner yang mampu beradaptasi dengan kondisi politik dan geografis yang baru. 

Ikuti AAD Today Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index