Ciputra Film Festival (CFF)

Ciputra Film Festival (CFF)

Ciputra Film Festival (CFF) merupakan festival film tahunan yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Ciputra Surabaya sejak tahun 2022. Festival ini bertujuan mengakomodasi karya film Indonesia dan internasional, khususnya karya mahasiswa dan pelajar, sebagai platform apresiasi dan pengembangan kreativitas sineas muda.

Sejarah dan Perkembangan

Festival ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 2022 dengan tema "Arunika", yang bertujuan menjadi wadah bagi pembuat film pemula dan memberikan penghargaan kepada sineas berbakat yang belum dikenal luas. Pada penyelenggaraan perdana, CFF menerima 203 submisi film pendek dan mengorganisir seminar serta workshop untuk mendukung pembelajaran dan diskusi antarsineas.

Perkembangan festival menunjukkan tren positif dengan peningkatan partisipasi yang signifikan. Pada tahun 2023, festival mengusung tema "Inara" dan berhasil menarik partisipasi lebih dari 345 karya. Momentum ini berlanjut pada tahun 2024 dengan tema "Unseen" yang menyoroti isu-isu sosial yang sering terabaikan, menghasilkan 617 submisi film. pada tahun 2025, Ciputra Film Festival (CFF) ke-4 berhasil menarik partisipasi lebih dari 1.600 sineas dari 128 negara.

Ciputra Film Festival 2025

Memasuki tahun keempat pada 2025, CFF mengusung tema "Boundless" dengan tagline "Beyond the Frames". Tema ini merefleksikan komitmen festival untuk menyediakan ruang bagi sineas muda dalam mengekspresikan kreativitas tanpa batasan. Konsep "boundless" mencakup berbagai dimensi makna, termasuk kebebasan berekspresi, imajinasi tak terbatas, konektivitas universal, dan kemampuan melampaui batasan emosional, sosial, dan spiritual.

Festival keempat ini secara resmi dimulai pada 27 Mei 2025 dengan Forum Diskusi Terbuka bertema "AI and the Future of the Film Industry: Threat or Opportunity?". Acara pembukaan dihadiri oleh Syaifullah, S.E., M.Ec., Ph.D., Direktur Film, Musik dan Seni dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, yang memberikan apresiasi terhadap perkembangan positif perfilman nasional dan dukungan terhadap platform kreatif bagi sineas muda.

Forum diskusi menghadirkan pembicara utama Dr. Karen Pearlman, Associate Professor dari Macquarie University Australia, dan Motulz Anto, kreator digital serta edukator AI yang menjabat sebagai staf khusus di Kementerian Komunikasi dan Digital. Diskusi membahas peran kecerdasan buatan dalam industri film, dengan fokus pada AI sebagai alat bantu kreatif daripada pengganti peran manusia.

Ciputra Film Festival 2024

Pada penyelenggaraan ketiga, festival ini mengangkat tema yang berfokus pada cerita-cerita tersembunyi dari berbagai pelosok Indonesia. Tema ini menjadi sangat relevan mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan dengan keberagaman budaya, suku, dan agama yang memiliki banyak narasi yang belum terungkap. Festival ini secara khusus mengangkat isu-isu seperti kemiskinan urban yang tersembunyi di balik kemewahan kota besar, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, hak-hak perempuan yang terabaikan, serta perjuangan masyarakat adat dalam mempertahankan tanah dan budaya mereka.

Program Festival

Festival ini menyelenggarakan berbagai program kompetisi dan non-kompetisi. Program non-kompetisi tahun 2025 terdiri dari tiga kategori utama: Devotion In Motion Program yang merayakan kisah cinta yang mengalir bebas dan beradaptasi dengan tantangan hidup; Whispers from the Void Program yang mengundang penonton menyelami cerita menyeramkan dari dimensi misterius; dan Gag-o-rama Program yang menyediakan ruang humor tanpa batas melalui komedi dan parodi kreatif.

Selain itu, festival menghadirkan Open Air Cinema sebagai ruang komunikasi terbuka bagi penonton untuk berdiskusi dan memahami film sebagai medium komunikasi. Program ini menampilkan film-film dari kategori kompetisi dan non-kompetisi untuk membuka dialog dan pemahaman yang lebih luas.

Dampak dan Signifikansi

Ciputra Film Festival telah berkembang menjadi platform penting bagi pengembangan industri perfilman Indonesia, khususnya dalam memberikan ruang ekspresi bagi sineas muda. Festival ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang kompetisi, tetapi juga sebagai laboratorium ide yang merangsang eksplorasi kreatif lintas batas, termasuk dalam menghadapi era baru teknologi dalam dunia seni. Melalui berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan, CFF berkontribusi dalam membangun jaringan kolaborasi dan memicu kreativitas peserta dalam proses perencanaan hingga distribusi film. 

Ikuti AAD Today Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index