MANGGARAI TIMUR – Kasus rabies kembali mengguncang masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Seorang warga Dusun Uwu, Desa Wejang Mawe, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, bernama Safrianus Burdin (37), meninggal dunia setelah digigit anjing peliharaannya sendiri yang ternyata terinfeksi rabies. Ironisnya, anjing tersebut justru disembelih dan dagingnya dikonsumsi bersama oleh warga setempat dalam sebuah pesta daging anjing.
Peristiwa tragis ini terjadi pada awal September 2025. Kepala Desa Wejang Mawe, Raimundus Sali, mengungkapkan bahwa korban digigit anjing miliknya di bagian tangan pada 5 September 2025. “Korban ini digigit anjing peliharaannya sendiri,” ujar Raimundus, Sabtu (25/10/2025).
Setelah digigit, keluarga sempat menyarankan agar Safrianus segera ke puskesmas untuk mendapatkan vaksin antirabies (VAR). Namun, korban menolak karena yakin bahwa anjingnya tidak terjangkit rabies. Beberapa minggu kemudian, kondisi kesehatannya menurun drastis.
“Korban mulai mengeluh panas di dada dan langsung dibawa ke RSUD Ruteng untuk berobat. Dia kaget ketika dokter yang menangani mendiagnosis bahwa korban positif rabies,” tutur Raimundus. Safrianus sempat dirawat selama sehari sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir pada Jumat (24/10/2025) malam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ruteng. “Tadi malam sekitar pukul 23.00 beliau putus napas,” tambah Raimundus.
Namun, yang membuat kasus ini semakin mengkhawatirkan, anjing yang menggigit Safrianus justru disembelih dan dimakan bersama-sama oleh warga sekitar. Sedikitnya 17 warga Dusun Uwu ikut dalam pesta daging anjing tersebut tanpa mengetahui bahwa hewan yang mereka konsumsi telah terinfeksi rabies.
“Anjingnya, mereka termasuk korban, potong makan ramai-ramai dengan tetangga. Ada 17 orang tetangga sekitar yang ikut makan daging anjing tersebut,” ungkap Raimundus. Ia menambahkan bahwa pihak desa kini tengah mendata seluruh warga yang ikut mengonsumsi daging tersebut dan melaporkannya ke puskesmas untuk ditindaklanjuti. “Datanya kami sudah kirim ke puskesmas untuk bisa dicari langkah antisipasi kepada yang bersangkutan jika ada gejala atau reaksi yang nampak pada diri mereka,” jelasnya.
Pejabat Otoritas Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Manggarai Barat, Yanuarius Saridin, menjelaskan bahwa meskipun jarang terjadi, penularan rabies tetap bisa terjadi melalui konsumsi daging anjing yang terinfeksi, terutama saat proses pemotongan hewan sebelum dimasak.
“Bisa ya bisa juga tidak. Dikatakan bisa bila proses pemotongan sebelum dimasak di mana liur, atau cairan masuk ke selaput lendir mata, hidung, mulut ataupun luka tubuh manusia bisa terinfeksi virus,” kata Yanuarius.
Ia menegaskan, virus rabies dapat mati jika daging dimasak dengan suhu lebih dari 75 derajat Celcius, sehingga risiko penularan hanya muncul pada tahap pemotongan atau kontak langsung dengan air liur hewan yang terinfeksi. “Sekitar 90 persen kasus rabies pada manusia ditularkan melalui gigitan anjing, bukan lewat konsumsi daging yang sudah dimasak sempurna,” tegasnya.
Kasus ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat agar tidak menyepelekan gigitan hewan peliharaan, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya vaksinasi antirabies bagi manusia maupun hewan. Pemerintah daerah bersama petugas kesehatan kini terus memantau kondisi warga yang ikut dalam pesta daging anjing tersebut untuk mencegah potensi penyebaran lebih lanjut.