Gelombang migrasi warga Tiongkok yang mencari suaka ke Australia melalui Indonesia kian meningkat. Fenomena yang dijuluki "runxue" atau "filosofi melarikan diri" ini menjadi sorotan media internasional The Guardian dalam investigasi terbarunya.
Berdasarkan laporan The Guardian, sejumlah warga Tiongkok rela membayar US$5.000-7.000 (sekitar Rp78-109 juta) kepada jaringan penyelundup manusia untuk bisa mencapai Australia melalui jalur laut Indonesia.
"Mereka datang dengan visa turis ke Bali, Jakarta, dan Sulawesi, kemudian mencari cara untuk menyeberang ke Australia," ungkap Paul (bukan nama sebenarnya), seorang mantan penyelundup manusia dari Pulau Rote kepada The Guardian, Rabu (18/12/2024).
Investigasi The Guardian mengungkap beberapa rute populer yang digunakan, termasuk:
- Jalur dari Kupang, Nusa Tenggara Timur
- Rute melalui Pulau Rote
- Kawasan Mulut Seribu dengan jaringan pulau dan hutan bakau
- Pesisir selatan antara Kupang dan Timor Leste
Prof. Meredith Oyen, pakar migrasi Tiongkok dari University of Maryland, menjelaskan bahwa fenomena ini dipicu oleh kombinasi tekanan politik dan ekonomi. "Kebijakan zero-Covid telah menghancurkan banyak usaha kecil dan kehidupan ekonomi kelas menengah... Ditambah sifat kebijakan yang drakonian membuat frustrasi dan ketidakpuasan politik," ujarnya.
Data UNHCR menunjukkan peningkatan signifikan jumlah pencari suaka dari Tiongkok. Pada 2023, tercatat 137.143 pemohon suaka, lima kali lipat dibanding satu dekade lalu saat Xi Jinping mulai berkuasa. Per Juli 2024, angka ini meningkat menjadi 176.239 orang.
Pihak berwenang Indonesia telah menangkap beberapa kelompok migran Tiongkok. Pada Maret 2024, 15 warga Tiongkok yang masuk melalui Bali terpaksa dipulangkan setelah tertangkap di Kupang. Sementara pada April 2024, sekelompok 10 orang berhasil mencapai pangkalan udara Australia di Australia Barat dan mengajukan suaka.
"Situasi di Tiongkok memang lebih baik sebelum pandemi. Setelah pandemi, mereka mengatakan akan ada ledakan kekayaan, tapi tidak terjadi," ungkap seorang warga Tiongkok yang diwawancarai di Bali.
Australian Border Force menegaskan bahwa mereka tidak akan mentolerir Australia menjadi target penyelundupan manusia. Namun demikian, laporan menunjukkan masih banyak warga Tiongkok yang nekat mencoba perjalanan berbahaya ini meski mengetahui risikonya.