Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus mengimbau masyarakat yang mengalami gangguan kendaraan setelah mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite untuk segera melapor ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tempat mereka melakukan pengisian. Imbauan ini dikeluarkan menyusul membanjirnya laporan dari warga Jawa Timur yang mengeluhkan kendaraannya mengalami gangguan performa hingga mogok setelah mengisi Pertalite.
Ahad Rahedi, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, menjelaskan pentingnya pelaporan langsung ke SPBU asal untuk keperluan pendataan. "Mohon juga dukungan dari SS (Suara Surabaya) agar menyampaikan bahwa jika ada masyarakat yang merasakan keluhan di kendaraannya pascamengisi BBM di SPBU Pertamina, mohon dapat segera kembali ke SPBU tersebut untuk menyampaikan ke pihak SPBU juga. Pertama, agar dicatat nama dan data lengkap pelanggan," ujarnya saat dikonfirmasi Radio Suara Surabaya, Senin (27/10/2025).
Ahad menambahkan, pihak SPBU akan melakukan pendataan lengkap mencakup waktu pembelian, jenis produk, jumlah liter, serta menyimpan bukti transaksi untuk keperluan pelacakan lebih lanjut. "Termasuk histori pembelian produknya, beli produk apa, jam berapa, berapa liter gitu ya. Biasanya kan sudah diberikan nota pada saat pembelian. Sebagai bagian bahwa nanti pengecekan untuk pendataan dan pengecekan lebih lanjut," jelasnya.
Selain datang langsung ke SPBU, masyarakat juga dapat menyampaikan keluhan melalui saluran resmi Pertamina Call Center di nomor 135. "Kalau memang masyarakat terlanjur jauh dari SPBU belinya, juga bisa melaporkan informasi keluhan ini ke 135. Karena kebutuhan utamanya adalah pendataan. Dengan mendata kita bisa lihat histori pembelian SPBU mana yang perlu kita cek langsung," tambah Ahad.
Melalui data yang terkumpul, Pertamina dapat menelusuri riwayat distribusi BBM mulai dari terminal pengiriman hingga nomor mobil tangki yang mengantarkan. "Kita bisa melihat pengiriman yang mana di SPBU yang mana, menggunakan kendaraan mobil tangki nomor berapa, kita bisa langsung pindah lagi," paparnya.
Ratusan Laporan dari Berbagai Wilayah
Gelombang keluhan bermula dari wilayah Bojonegoro dan Lamongan sejak Minggu (26/10/2025). Fenomena serupa kemudian meluas ke Tuban, Mojokerto, hingga Surabaya dan Gresik. Tim Gate Keeper Suara Surabaya mencatat, sejak Minggu malam hingga Senin siang, terdapat minimal 38 laporan telepon dari pendengar yang mengeluhkan kendaraannya brebet (tersendat-sendat) hingga mati setelah mengisi Pertalite dalam tiga hari terakhir. Sementara melalui WhatsApp Suara Surabaya Media, tercatat 54 laporan masuk hingga Senin pukul 12.45 WIB.
Dedik Setyawan, salah satu pendengar Suara Surabaya, melaporkan pengalamannya. "Barusan beli BBM jenis Pertalite di SPBU Gunung Sari (dekat pasar ikan), sampainya di Jembatan Gunung Sari motor jadi brebet dan mati," ujarnya.
Dicky Abdulloh, pendengar lainnya, menceritakan motor Honda Vario miliknya mengalami masalah setelah mengisi Pertalite di SPBU Bunder Gresik pada Sabtu (25/10/2025). Keesokan harinya, motornya harus masuk bengkel. "Saya kira motor saya yang rusak, disuruh ganti busi, habis ganti sempat bagus. Terus waktu saya pakai jalan, malah makin parah. Bahkan sempat mati motor saya. Akhirnya saya pakai Pertamax, dan setelah ganti bisa jalan lagi dan normal. Tapi ini masih ada brebetnya sedikit," ucap Dicky.
Fery Mardiansyah melaporkan dua kendaraannya bermasalah. "Izin melaporkan kejadian kendaraan saya berjenis Yamaha Mio S mogok pascapengisian BBM berjenis Pertalite pada minggu 26 Oktober 2025, bahkan untuk kendaraan saya berjenis Honda Revo juga mengalami kendala mberbet, tersendat dan hilang daya pascapengisian BBM berjenis Pertalite selama satu minggu kemarin, mohon bantuannya untuk tindak lanjut ke dinas terkait seperti Pertamina, Disperindag, YLKI mengingat sudah banyak korban sejenis," tulisnya kepada Suara Surabaya.
Imam Muslim, pendengar Suara Surabaya lainnya menambahkan, "Pas hari Sabtu (25/10/2025), saya ngisi Pertalite di Pom Diponegoro, nyampek depan Pasar Turi, motor brebbet lalu mati, saya coba hidupin lagi tpi agak lama akhirnya bisa juga."
Pertamina Lakukan Uji Laboratorium
Menanggapi keluhan massal tersebut, Ahad mengatakan tim Pertamina telah turun langsung ke lapangan untuk mengecek kondisi SPBU yang dilaporkan, terutama di Bojonegoro dan Lamongan. "Memang ada beberapa informasi yang kami terima dari lapangan. Di Bojonegoro ada, di Lamongan juga ada. Tapi itu kita sambil cek apakah pengiriman bersimpul dari terminal yang sama atau beda terminal," jelasnya.
Proses pengecekan dilakukan secara menyeluruh mulai dari pengambilan sampel BBM di SPBU hingga pengujian laboratorium di kilang Pertamina yang berada di luar Jawa Timur. "Karena pengecekan tidak bisa dilakukan di hari libur ya, Sabtu-Minggu. Jadi mungkin dalam waktu dekat akan kami sampaikan hasilnya. Ini masih berlangsung pengetesan di laboratorium yang memang itu tidak berada di Jawa Timur. Harus kami kirimkan dulu ke salah satu kilang Pertamina yang bisa melakukan uji sampel sampai detail ke parameter-parameter yang diperlukan," katanya.
Ahad memperkirakan hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam waktu lima hingga sepuluh hari kerja karena proses pengecekan detail harus dilakukan di fasilitas laboratorium Pertamina di Jawa Barat. "Untuk pengecekan sampai di detail memang sarana yang kita punya harus kita kirim juga ke luar kota, di Jawa Barat ada kilang Pertamina yang bisa menguji untuk produk yang diduga memang itu sumber kendala masyarakat," ungkap Ahad.
Untuk wilayah Jawa Timur, distribusi BBM dilayani oleh enam terminal bahan bakar. Surabaya Raya dilayani Terminal Perak, Tuban dan Bojonegoro dari Terminal Tuban, serta wilayah lain dari terminal di Madiun, Malang, dan Banyuwangi. "Kemudian kalau wilayah sekitar Tuban, Bojonegoro dilayani Terminal Tuban. Selain itu, di wilayah Jatim sendiri ada fuel terminal lagi di Madiun, Malang, dan Banyuwangi, jadi melayani di wilayah masing-masing," bebernya.
Terminal yang diperiksa akan disesuaikan dengan laporan yang masuk karena pengiriman BBM menggunakan kapal tanker dari berbagai sumber. "Betul (berdasarkan laporan yang dicek), karena pengiriman menggunakan dengan kapal tanker pun berbeda-beda sumbernya. Bisa dari Kalimantan, Sumatera, pengiriman kapal tanker itu," bebernya.
Ahad menegaskan bahwa seluruh SPBU tetap melakukan pengecekan kualitas produk setiap hari sebelum beroperasi untuk memastikan BBM sesuai spesifikasi, termasuk temperatur, bau produk, hingga kemungkinan tercampur air.
Terkait isu penambahan etanol dan perubahan oktan yang sempat beredar, Ahad memastikan bahwa Pertalite tidak mengandung etanol. "Kalau untuk produk dengan etanol kita selain produk Pertamax Green ya, Pertamax 95 belum ada produk lain yang dicampur dengan etanol. Jadi di luar RON 95 enggak ada," tegasnya.
Ahad memastikan jika hasil pengujian menemukan indikasi kerusakan akibat produk bermasalah, mekanisme kompensasi akan dibuka untuk pelanggan. "Kalau memang setelah pengujian sampel produk dan lain-lain ada kerusakan yang timbul ke arah produk, tentunya akan ada kompensasi. Tapi setelah pengujian tadi selesai nanti bisa ada mekanismenya apakah ada bengkel yang ditunjuk untuk masyarakat," pungkasnya.
Sementara itu, Ahad mengimbau masyarakat untuk membantu mempercepat pengumpulan data dengan segera melaporkan keluhan mereka. "Masyarakat bisa bantu percepatan pengumpulan data. Titik-titiknya supaya kita bisa tahu SPBU mana yang baru kita cek, apakah ternyata dari produknya, atau dari SPBU, atau dari tangki kendaraan masyarakatnya," ujarnya. Ia juga memastikan setiap laporan akan ditindaklanjuti untuk menjaga mutu dan keamanan produk bahan bakar.