AAD Today melaporkan bahwa harga batu bara terbang naik 5,5% menjadi yang tertinggi dalam sembilan hari terakhir. Hal ini terjadi menyusul rencana pemerintah China untuk memberikan stimulus ekonomi untuk melengkapi stimulus yang sudah diberikan oleh bank sentral China (PBoC) melalui pemangkasan suku bunga. Harga batu bara terbang saat ini mencapai US$ 141 per ton.
Meskipun naiknya harga batu bara terbang memberikan potensi keuntungan bagi perusahaan tambang batu bara, hal ini juga dapat menghambat upaya transisi ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Hal ini terkait dengan meningkatnya harga batu bara yang dapat membuat energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin menjadi lebih mahal dibandingkan dengan energi fosil.
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia dan harga batu bara menjadi salah satu faktor penting dalam perekonomian Indonesia.
Kenaikan harga batu bara juga ditopang oleh meningkatnya suhu di Eropa. Kenaikan suhu tersebut diperkirakan akan meningkatkan permintaan listrik dan batu bara.
Berdasarkan World Meteorological Organization (WMO) dan Copernicus Climate Change Service menunjukkan Eropa adalah benua yang paling cepat mengalami kenaikan suhu. Suhu naik rata-rata 2,3 derajat Celcius di atas rata-rata periode pra-era industri.
Perkembangan di China dan Eropa mampu meredam sentimen negatif yang membayangi harga batu bara kemarin. Di antaranya adalah ambruknya harga gas alam.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) ambruk 7,2% kemarin ke 34,10 euro per mega-watt hour (MWh).
