Sri Lanka yang dililit hutang mungkin perlu menurunkan suku bunga lagi untuk mendorong pertumbuhan ekonominya lebih jauh, menurut kepala bank sentralnya.
Nandalal Weerasinghe, gubernur Bank Sentral Sri Lanka, dilansir dari CNBC mengatakan hari Jumat bahwa akan ada lebih banyak lagi penurunan suku bunga yang akan datang, bahkan setelah bank sentral menurunkan suku bunga kebijakannya untuk bulan kedua berturut-turut dari 12% menjadi 11% pada hari Kamis.
Ketika ditanya apakah penurunan suku bunga tambahan akan diperlukan, gubernur menjawab: "Tentu saja." Beliau menunjuk pada penurunan tingkat inflasi dalam perekonomian Sri Lanka.
"Kita seharusnya membutuhkan penurunan suku bunga lebih lanjut berdasarkan inflasi yang berwawasan ke depan, kesenjangan output yang berwawasan ke depan. Hal ini menunjukkan bahwa kami telah mengambil keputusan yang tepat," kata Weerasinghe kepada "Squawk Box Asia" di CNBC.
Sri Lanka menegosiasikan dana talangan hampir $3 milyar dari Dana Moneter Internasional tahun lalu, setelah ribuan pengunjuk rasa mengusir presiden dari kekuasaan, menyerbu kediaman dan kantor resminya karena kemarahan atas salah urus ekonomi pemerintah.
Saham-saham yang tercatat di ibukota Kolombo melonjak di awal minggu ini setelah parlemen menyetujui rencana restrukturisasi utang dalam negeri akhir pekan lalu.
CSE All Share Index Kolombo melonjak sekitar 8% minggu ini setelah parlemen meloloskan rencana yang diperlukan untuk paket bailout IMF.
Total hutang Sri Lanka telah melampaui $83 milyar, Associated Press melaporkan, termasuk hutang luar negeri sebesar $41,5 milyar dan $42,1 milyar hutang dalam negeri.
Harga-harga di Sri Lanka naik 12% di bulan Juni, data pemerintah terbaru menunjukkan - sebuah penurunan tajam dari tingkat inflasi puncak baru-baru ini yang mencapai hampir 70% yang terlihat di bulan September tahun lalu.
Gubernur bank sentral optimis mengenai arah perekonomian ke depan. Ia memperkirakan inflasi dapat turun ke angka satu digit dan ekonomi dapat berbalik dari kontraksi ke pertumbuhan pada tahun depan.
"Jika Anda melihat masa depan, inflasi ke depan, kami melihat dengan sangat jelas, inflasi akhir Juli akan menjadi 7% dengan satu digit dan pada akhir tahun, [inflasi] akan menjadi rendah satu digit," katanya.
Weerasinghe mengatakan bahwa dukungan kebijakan lebih lanjut dari bank sentral dapat membantu kebangkitan ekonomi di negara ini.
"Kami berharap [penurunan suku bunga] dapat menjadi semacam dukungan untuk pemulihan di paruh kedua tahun ini. Dan jelas untuk setahun penuh berikutnya, kami berharap negara ini akan bangkit kembali ke wilayah positif," katanya.
Perekonomian Sri Lanka mengalami kontraksi sebesar 11,5% tahun ke tahun pada kuartal pertama tahun 2023, angka produk domestik bruto yang dirilis bulan lalu menunjukkan.
PDB ekonomi telah berada di wilayah negatif sejak kuartal pertama 2022.
