Para ilmuwan di Swiss telah merilis temuan yang mengkhawatirkan tentang perubahan iklim yang semakin nyata. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, gletser-gletser di negara itu ditemukan kehilangan volume es yang mengagumkan hanya dalam dua tahun terakhir.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa volume es di gletser Swiss telah menyusut hingga 10% antara tahun 2021 dan 2023. Menurut para ilmuwan, penurunan ini adalah yang paling mencolok dalam sejarah pengamatan.
Salju dan es yang menutupi Pegunungan Alpen adalah sumber air penting bagi negara Swiss, serta negara-negara tetangganya. Penurunan volume es yang cepat ini dapat memiliki dampak serius pada pasokan air bersih dan energi hidroelektrik, yang menjadi sumber utama energi di negara ini.
Para ilmuwan telah lama mengaitkan pencairan gletser dengan perubahan iklim global. Peningkatan suhu global telah menyebabkan suhu rata-rata di Pegunungan Alpen meningkat lebih cepat daripada rata-rata global. Akibatnya, lapisan es di gletser Swiss terus mencair.
Penurunan volume es ini juga memiliki konsekuensi serius dalam hal ancaman bencana alam. Alih-alih salju menutupi puncak gunung, tanah bebatuan dan tanah longsor yang lebih mudah terjadi. Ini meningkatkan risiko banjir dan longsor yang dapat mengancam pemukiman dan infrastruktur di daerah pegunungan.
Pemerintah Swiss telah lama berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim. Namun, temuan ini menyoroti perlunya tindakan lebih lanjut, baik di tingkat nasional maupun global, untuk mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan alam yang berharga ini.
Para ilmuwan di Swiss dan di seluruh dunia terus memantau perubahan di gletser-gletser ini dengan harapan dapat mengembangkan strategi untuk menghadapi konsekuensi perubahan iklim yang semakin nyata.
