SURABAYA – Fenomena ribuan ikan yang mendadak mengambang di permukaan Kali Jagir, Kecamatan Wonokromo, Surabaya, pada Senin (27/10/2025) sore, memicu keprihatinan dan keresahan warga. Ikan-ikan berbagai jenis tampak lemas bahkan mengambang di aliran sungai yang diduga kuat telah tercemar limbah industri.
Menurut keterangan Soni, warga sekitar Kali Jagir, peristiwa ini bukan kali pertama terjadi. Ia menuturkan bahwa fenomena serupa kerap terulang tiga hingga empat kali dalam setahun dan bahkan telah meluas hingga ke aliran Sungai Panjang Jiwo yang terhubung dengan Sungai Brantas.
“Kejadiannya mulai kemarin sore. Kalau ikan mabuk bukan di sini saja, tetapi juga di Panjang Jiwo,” ujar Soni, Selasa (28/10/2025).
“Ini kemungkinan besar karena limbah, sebab aliran sungai ini juga tersambung dengan Sungai Brantas. Bukan pertama kalinya ini terjadi,” tambahnya.
Istilah ikan mabuk yang digunakan warga merujuk pada kondisi ikan yang terlihat lemas, bergerak lamban, dan akhirnya mengambang di permukaan air akibat kekurangan oksigen yang diduga disebabkan oleh pencemaran bahan kimia berbahaya.
Soni mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kebiasaan sebagian warga yang masih memanfaatkan ikan hasil tangkapan dari sungai tersebut untuk dikonsumsi. Ia menilai kondisi ini berisiko terhadap kesehatan masyarakat jika ikan yang sudah terkontaminasi limbah tetap dikonsumsi.
“Banyak warga yang masih makan ikan dari sungai ini. Harusnya pemerintah segera turun tangan, jangan tunggu sampai ada korban,” tegasnya.
Fenomena ikan mengambang ini pertama kali viral di media sosial setelah warga mengunggah video dan foto kondisi sungai yang dipenuhi ikan lemas pada Senin sore (27/10). Dalam video yang beredar luas, tampak warga berbondong-bondong datang ke lokasi untuk mengambil ikan-ikan yang terlihat mengambang di permukaan air.
Salah satu warga bernama Saud, yang juga bekerja sebagai nelayan, mengaku ikut mengambil ikan dari Kali Jagir. Ia memperkirakan penyebab utama adalah limbah yang mengalir dari wilayah hulu.
“Kayaknya dari limbah atas, tapi nggak tahu limbah apa. Saya tahu itu ikannya wes ngambang (sudah mengambang), sempat ngambil juga. Tapi dapatnya sedikit karena udah kesiangan, kira-kira sekilo lebih,” ungkap Saud kepada detikJatim, Selasa (28/10).
Istilah wes ngambang dalam bahasa Jawa berarti “sudah mengapung”, menggambarkan ikan-ikan yang tidak lagi berenang aktif dan hampir mati.
Warga lainnya, Eko, menuturkan bahwa kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 06.00 WIB pada Senin (27/10). Ia menyebut bahwa ikan yang naik ke permukaan bukan hanya ikan kecil, tetapi juga ikan besar seperti ikan Baung yang biasanya layak dikonsumsi.
“Itu sejak pagi jam enam, jadi tiba-tiba ikannya naik. Ikannya bisa dikonsumsi, banyak masyarakat yang ngambil juga,” kata Eko.
Meski pada Selasa (28/10) pagi aliran air Kali Jagir sudah tampak kembali normal dan tidak ada lagi ikan yang naik ke permukaan, warga masih cemas akan kemungkinan kejadian serupa terulang.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari dinas lingkungan hidup atau instansi terkait mengenai penyebab pasti dan langkah penanganan atas dugaan pencemaran yang menyebabkan ribuan ikan mati dan mengambang tersebut.
Fenomena ini menambah daftar panjang kasus pencemaran sungai di Surabaya dan menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah untuk memperketat pengawasan terhadap pembuangan limbah industri ke aliran sungai, demi melindungi ekosistem perairan dan kesehatan masyarakat sekitar.